Mengapa Saya (Sulit) Mengontrol Pikiran dan Tindakan Saya ?

Diterbitkan 08-09-2017

Seminggu ditinggal pacar bekerja di kapal pesiar Indri menjadi murung, gelisah dan tidak tenang. Pikiran takut melakukan kesalahan terutama saat akan ke toko, tempatnya bekerja sebagai kasir. Saat menyerahkan kitir pembayaran pikirannya ragu terjadi kesalahan perhitungan pembayaran. Meski proses perhitungan sudah selesai, ia mengecek  kembali bilangannya karena kuatir berbuat salah. Para pelanggan protes pada bosnya karena dianggap lelet bekerja. Keadaan ini sudah mulai dirasakan seminggu sebelum pacarnya pergi. Beberapa hari sebelumnya Indri sempat mengalami infeksi tenggorokan, namun mereda setelah minum obat dari dokter. Awalnya Indri mengira hal ini wajar karena baru selesai datang bulan, seperti biasa emosinya menjadi labil dan mudah meledak. Muncul pikiran dirinya sebel, kotor dan membuat tempat suci di-rumahnya ikut tercemar karena ia menstruasi. Sehingga dia mengulangi membersihkan tubuh dengan sabun yang banyak untuk membuatnya lega terbebas dari pikiran kotor tersebut namun tidak berhasil. Belakangan makin sering kuatir, saat merebahkan diri ke tempat tidur, terbersit pikiran pintu rumah belum di kunci. Maka ia pergi ke kamar tamu mengecek pintu ternyata sudah terkunci, dia mengunci pintunya ulang. Kemudian timbul rangsangan dalam pikiran jendelanya sudah terkunci? dan ia mengecek jendela memastikan sudah terkunci..ah aktivitas ini sangat mengganggu dan membuatnya lelah dan jengkel. Apalagi saat tiba di rumah tubuhnya sudah sangat capek dan ingin bisa langsung beristirahat. Namun begitu memejamkan mata ia teringat dengan teman kecil yang meninggal mendadak karena terluka, Indri bangun lagi dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki kuatir bila ada kuman dari jalanan yang bisa menginfeksi tangan dan kakinya. Indri sangat tidak nyaman dengan dirinya. Ia menjadi sedih apakah dia bisa mengatasi masalahnya ini. Dia merasa perilakunya ini tidak bisa dikendalikan dan menyadari muncul dari pikirannya sendiri. Dokter apa yang terjadi pada diri saya ?   

Gangguan Obsesif Kompulsif

Gangguan obsesif kompulsif adalah kekuatiran atau cemas yang berlebihan yang dipicu oleh pikiran yang impulsif dan atau tindakan kompulsif secara berulang. Pikiran impulsif berupa pengulangan pikiran atas hal/tema yang sama. Pikiran yang berkaitan persoalan kehidupan sehari –hari yang muncul secara berlebihan. Pikiran ini telah diatasi dengan cuek, menekannya atau menghilangkan dengan memikirkan hal lainnya. Sedangkan ciri kompulsif ditandai oleh tindakan atau perilaku mengulang di dorong oleh pikiran tersebut atau peraturan yang dipikirkan untuk dilaksanakan secara kaku. Perilakunya bertujuan menghindari atau mengantisipasi muncul pikiran atau mengurangi kecemasan pikiran yang berulang tersebut. Tindakan pencegahan dilakukan secara tidak wajar karena menghabiskan waktu yang berguna lebih dari  satu(1) jam seharinya dimana mempengaruhi produktifitas kehidupan rutin di pekerjaan, sebagai mahasiswa/pelajar, hubungan sosial atau aktivitas sosial. Pikiran atau tindakan berulang disadari sepenuhnya berasal dari dirinya bukan karena pikiran dimasuki atau berkaitan hal diluar dirinya.

Tanda dan gejala lainnya bervariasi pada pikiran dan perilaku menyusun berbagai benda atau ide-ide missal; buku di rak bolak balik dan disusun ulang, menghitung berapa mobil yang lewat dirumahnya dengan plat khusus menurutnya, penasaran terhadap bentuk tubuhnya yang bengkok,  mencabuti rambut, makan terus-menerus tanpa bisa di kendalikan, menggunakan zat/obat  yang tidak bermanfaat, berpikir penyakit berat yang mengancam nyawa, gagasan terkait melakukan perilaku seksual yang menyimpang atau perasaan bersalah yang berulang pada depresi. Menimbulkan masalah dengan orang lain karena menjadi seorang penguntit, kepalanya menjadi botak, alisnya menjadi hilang karena dicabuti, badan gemuk meski telah berobat dan konsultasi penurunan berat badan, menghabiskan biaya berobat ke dokter untuk menyelamatkan nyawanya, menjadi pemulung obat-obatan yang tidak di minum atau pikiran dan perilaku putus asa dan mau bunuh diri. 

Penyebab obsesif dan kompulsif secara biologis adalah terjadi ketidak seimbangan neurotransmiter kimiawi di otak khususnya berhubungan dengan kewaspadaan dimana  terjadi peningkatan aktivitas di daerah lobus frontal dan basal ganglia otak, kemungkin adanya radang otak, pasca cedera otak, riwayat epilepsi, gangguan hormonal, mengalami hipoksia atau difisiensi vit B12. Pengaruh genetik  sebanyak 35% bila ayah dan ibunya mengalaminya. Kemungkinan juga sehabis mengalami infeksi streptococcus alpha dan beta Hemoliticus pada radang tenggorokan, proses autoimun yang berhubungan dengan gangguan gerakan involunter anggota tubuh (gerakan chorea syndenham) dan cetusan suara atau teriakan spontan dan berulang (sindrom gilles de la tourette), akibat pola asuh dalam keluarga yang keras dan kaku, sehingga mengatasi masalah dengan belajar dari pengalaman yang keras tersebut atau kebiasaan/ritual khusus dalam pola asuh keluarga. Beberapa gangguan utama psikiatri seperti cemas dan depresi dianggap bertanggungjawab menjadi penyebab, namun ada yang berpendapat sebaliknya bahwa obsesif dan kompulsif inilah yang membuatnya muncul cemas dan penyakit depresi yang bisa diperparah sampai putus asa dan mau bunuh diri.

Gangguan menimpa dari anak sampai lanjut usia. Peluang terjadi pada laki dan perempuan sama saja. Di amerika 1 dari 50 orang, 0,3 di Taiwan, 1 di Korea dan prevalensi 2-3 % dari populasi umum. Gangguan obsesif kompulsif cukup sulit ditangani bila saat penderita datang perhatian para klinisi pada penyakit lain yang dianggap lebih utama diselesaikan. Dilaporkan setelah ganti-ganti 3-4 dokter baru didapatkan pengobatan yang tepat dan penyakit berlangsung lebih dari  9 tahun. Kendala dari pihak penderita biasanya karena enggan mengungkapkan, apalagi bila gangguan pikiran atau perilakunya adalah tabu, memalukan atau tidak sopan. Informasi jujur dari pasien, pemeriksaan dokter penuh empati adalah langkah awal signifikan untuk proses penyembuhan. Perjalanan penyakitnya  bisa mereda sewaktu-waktu namun kambuh kembali. Lima (5) persen kasus tidak ada dan hanya minimal tandanya. Baru datang saat terjadi kemunduran pada fungsi sosial dan pekerjaan atau aktivitas utama. Namun 90% dari penderita bisa berharap membaik secara bertahap dengan pengobatan yang optimum. Selebihnya bisa menjadi penyakit yang kronis.

Untuk mengatasi, Indri sebaiknya berobat ke dokter jiwa untuk mendapatkan intervensi dengan obat-obatan yang tepat untuk mengendalikan ketidak nyamanan. Penggunaan obat yang tidak tepat akan mengurangi  kepatuhan berobat padahal kepatuhan sangat vital untuk kesembuhan. Pada awal pertemuan diberikan pemahaman dan rencana tahapan pencapaian perbaikan gejala. Butuh kerjasama pasien, keluarga dan dokter yang saling mendukung sebagai tim. Keluarga mempunyai peran penting dalam pengobatan karena penderitaan obesif kompulsif adalah derita semua anggota keluarga juga. Berhentilah mengeluh dan marah akibat perilaku penderita yang menjengkelkan, belajar menerima untuk mendukung proses pengobatannya. Jika diperlukan terlibat dalam proses pemaparan dan ritual terapi oleh dokter. 

Intervensi kombinasi obat dan teknik exposure dan respone prevention yang di disain dengan pemusatan perhatian dan relaksasi sejak minggu pertama menjadi tenang akan merubah perilakunya secara bertahap dengan teknik CBT(Cognitive Behavioral Treatment). Pemaparan pada ide, obyek secara langsung atau teknik imajinasi untuk menetralisir kompusifnya dilakukan secara terencana dan tersetruktur.  Berbagai teknik relaksasi dapat dipilih atas dasar gampang dan bersedia di praktekan rutin di rumah. Respon dianggap berhasil jika orang dengan Obsesif dan kompulsif menjadi lebih tenang. Pengobatan jangka panjang dari 16 studi memperlihatkan dalam waktu 29 bulan ada 76  orang dengan obsesif-kompulsif (ODOK) menjadi baik dan lebih membaik. ODOK sering memasukan semua masalahnya ke dirinya, menutup dirinya agar orang lain tidak mengetahui dan melakukan apa saja agar tampak tidak bersalah dan baik di mata orang lain. Jadi para ODOK: jika ingin berhasil sembuh berhentilah mengatasi kebiasaan secara instan seperti sekarang yang dilakukan. Metode hipnosis diri untuk merasakan apa yang terjadi sekarang dapat diterapkan dan di latihkan. Pengalaman kemarin dan lampau adalah pelajaran berharga untuk selalu dipelajari menjadi sumber kemampuan perbaikan diri sendiri. Yang nanti akan terjadi biarkan terjadi mengalir seperti air yang bergerak selalu mencari jalan pas dan terbaik. 

ODOK mungkin mengatasi masalahnya bertahun-tahun bahkan puluhan karena tantangannya adalah bagaimana hidup bersama obsesif kompulsif dan bukan mengapa saya sulit mengontrolnya. Komponen efektif untuk pengobatan ODOK adalah pengobatan medis, teknik pencegahan gejala dengan pemaparan dan ritual melalui CBT. Bila ODOK tidak mau melakukan CBT maka pengobatan secara monoterapi bisa dilakukan namun akan kambuh jika obat berhenti di minum.  Faktor kunci keberhasilan pengobatan ODOK adalah motivasi untuk sembuh, keluarga yang kooperatif dengan menurunkan ekpresi emosi pada diri ODOK, para ODOK minum obat sesuai anjuran dan resep PR(pekerjaan rumah) yang direncanakan oleh dokter dikerjakan dengan disiplin dan tuntas selama beraktivitas di rumah dan di lingkungan pekerjaan. Semoga Indri bisa mengambil manfaat dari informasi ini.

Salam,

Dr I Dewa Gede Basudewa SpKJ

Hubungi Kami

Alamat : Jalan HOS. Cokroaminoto No. 28, Denpasar Utara, Bali 80116
Telepon:(0361) 426393